Pemenuhan
kebutuhan oksigen adalah begian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki
Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan
adalah sistem pernapasan, persarafan, dan kardiovaskular.
Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan
mengalami hipoksia dan akan mengalami kematian. Proses pemenuhan kebutuhan
oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernapasan, membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berfungsi secara normal.
Prosedur
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan
cara pengisapan lendir (Suction).
PEMBERIAN
OKSIGEN
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen kedalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui kateter
nasal, kanul nasal, dan masker oksigen.
Tujuan
1.
Memenuhi kebutuhan oksigen.
2.
Mencegah terjadinya hipoksia.
Alat
dan bahan
1.
Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier.
2.
Kateter nasal, kanul nasal, atau masker.
3.
Vaselin/jeli
Prosedur
kerja
Kateter nasal
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.
Cuci tangan.
3.
Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian, observasi
humidifire dengan melihat air bergelembung.
4.
Atur posisi dengan semi-Fowler.
5.
Ukur kateter nasal mulai dari lubang
telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
6.
Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7.
Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
8.
Masukkan ke dalam hidung sampai batas
yang ditentukan.
9.
Lakukan pengecekan kateter apakah sudah
masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat
posisinya di belakang uvula).
10.
Fiksasi pada daerah hidung.
11.
Periksa pada kateter nasal setiap 6-8
jam.
12.
Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung
serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
13.
Catat kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respons klien.
14.
Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
Gambar 3.1 Pemberian oksigen melalui kateter nasal (sumber : kathleen hoert belland & mary Ann wells, 1986) |
Kanula
nasal
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.
Cuci tangan.
3.
Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian, observasi
humidifire pada tabung dengan adanya gelembung air.
4.
Pasang kanul nasal pada hidung dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien.
5.
Periksa kanul tiap 6-8 jam.
6.
Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung
serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
7.
Catat kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respons klien.
8.
Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
Gambar 3.1 Pemberian oksigen melalui kateter nasal (sumber : kathleen hoert belland & mary Ann wells, 1986) |
Masker oksigen
1.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.
Cuci tangan.
3.
Atur posisi dengan semi-Fowler.
4.
Atur aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan (umumnya 6-10 L/menit). Kemudian observasi humidifire
pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
5.
Tempatkan masker oksigen di atas mulut
dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
6.
Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam,
catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
7.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Gambar 3.3 pemberian oksigen dengan masker (sumber : kathleen hoerth belland & mary ann wells, 1986) |
Tugas
1.
Lakukan pemberian oksigen sesuai dengan
prosedur.
2.
Jelaskan indikasi pemberian oksigen.
3.
Perhatikan apa yang dibutuhkan selama pemberian oksigen.
FISIOTERAPI
DADA
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan
melakukan drainase postural, clapping dan
vibrating pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan, misalnya penyakit obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma,
dan emfisema). Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan
pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan.
Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi.
Clapping dilakukan dengan menepuk
dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah tersebut
yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi. Tindakan drainase postural tidak
dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, peningkatan
tekanan intrakranial, dispnea berat, dan lansia. Clapping tidak dapat dilakukan pada pasien emboli paru, hemoragi,
eksaserbasi, dan nyeri hebat (pasien kanker).
Tujuan
1.
Meningkatkan efisiensi pola pernapasan.
2.
Membersihkan jalan napas.
Alat
dan bahan
1.
Pot sputum yang berisi desinfektan
2.
Kertas tisu
3.
Dua balok tempat tidur (untuk drainase
postural)
4.
Stetoskop
Prosedur
kerja
Drainase postural
1.
Jelaskan prosedur yang akan
dilaksanakan.
2.
Cuci tangan.
3.
Atur posisi :
- Semi-Fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apikal.
- Tegak dengan sudut 45˚ membungkuk ke depan pada bantal dengan 45˚ ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.
- Berbaring dengan bantal di bawah apabila yang akan didrainase bronkus anterior.
- Posisi Trendelenburg dengan sudut 30˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
- Posisi Trendelenburg dengan sudut 30˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus superior dan inferior.
- Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus apikal.
- Posisi Trendelenburg dengan sudut 45˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm ke samping kanan, apabila yang akan didrainase bronkus medial.
- Posisi Trendelenburg dengan sudut 45˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm ke samping kiri, apabila yang didrainase bronkus lateral.
- Posisi Trendelenburg condong dengan sudut 45˚ dengan bantal dibawah panggul, apabila yang akan didrainase bronkus posterior.
4. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian priode selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
5.
Lakukan observasi tanda vital selama
prosedur.
6.
Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan
clapping, vibrasi dan pengisapan (suction).
7.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Clapping dan vibrasi
1.
Jelaskan prosedur yang akan
dilaksanakan.
2.
Cuci tangan.
3.
Atur posisi sesuai dengan drainase
postural dan lokasi paru.
4.
Lakukan clapping atau vibrasi pada :
§ Seluruh
lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang
perlu di-clapping/vibrasi adalah
daerah bronkus apikal.
§ Lebar
bahu masing-masing sisi apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
§ Dada
depan di bawah klavikula, apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus anterior.
§ Anterior
dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang
di-clapping dan vibrasi adalah daerah
lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
§ Lipatan
ketiak kiri sampai mid anterior dada apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior.
§ Sepertiga
bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
§ Sepertiga
bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial.
§ Sepertiga
bawah kosta posterior kanan, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.
§ Sepetiga
bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
5.
Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih 1 menit.
6. Setelah dilakukan tindakan drainase
postural, clapping, dan vibrasi dapat
dilakukan tindakan pengisapan lendir (lihat tindakan pengisapan lendir).
7.
Lakukan auskultasi pada daerah paru yang
dilakukan tindakan drainase postural, clapping
dan vibrasi.
8.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Tugas
1.
Lakukan drainase postural, clapping, dan vibrating sesuai dengan prosedur.
2.
Sebutkan indikasi dilakukan fisioterapi
dada.
3.
Apa yang perlu diperhatikan selama
melakukan fisioterapi dada.
4.
Jelaskan perbedaan clapping, vibrating, dan drainase postural.
PENGISAPAN
LENDIR
Pengisapan
lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan
alat pengisap.
Tujuan
1.
Membersihkan jalan napas.
2.
Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Alat
dan bahan
1.
Alat pengisap lendir dengan botol berisi
larutan desinfektan.
2.
Kateter pengisap lendir steril.
3.
Pinset steril.
4.
Sarung tangan steril.
5.
Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl
0,9% dan larutan desinfektan.
6.
Kasa steril.
7.
Kertas tisu.
8.
Stetoskop.
Prosedur
kerja
1.
Jelaskan prosedur yang akan
dilaksanakan.
2.
Cuci tangan.
3.
Tempatkan pasien pada posisi telentang
dengan kepala miring ke arah perawat.
4.
Gunakan sarung tangan.
5.
Hubungkan kateter pengisap dengan slang
alat pengisap.
6.
Mesin pengisap dihidupkan.
7.
Lakukan pengisapan lendir dengan
memasukkan kateter pengisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk
mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis).
8.
Masukkan kateter pengisap dalam keadaan
tidak mengisap.
9.
Gunakan alat pengisap dengan tekanan
110-150 mm Hg untuk dewasa, 95-110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50-95 mm Hg untuk
bayi (potter & perry, 1995).
10.
Tarik dengan memutar kateter pengisap
tidak lebih dari 15 detik.
11.
Bilas kateter dengan aquades atau NaCl
0,9%.
12.
Lakukan pengisapan antara pengisapan
pertama dan berikutnya. Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila
pasien mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum
melakukan pengisapan berikutnya.
13.
Setelah selesai, kaji jumlah,
konsistensi, warna, bau sekret, dan respons pasien terhadap prosedur yang
dilakukan.
14.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Gambar
3.4 Cara
menghubungkan suction dengan kateter (Sumber : potter, Peterson, dan perry. Mosby’s : pocket guide series basic skills
and procedures, 2003).
|
Gambar 3.5 Peta masuknya slang pengisap pada pengisapan lendir (Sumber : potter, Peterson, dan perry. Mosby’s: pocket guide series basic skills and procedures, 2003).
|
Tugas
1.
Lakukan pengisapan lendir (suction)
sesuai dengan prosedur.
2.
Sebutkan indikasi pengisapan lendir.
3.
Apa yang perlu diperhatikan selama
pengisapan lendir.
Referensi : Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia / penulis, A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah ; editor, Monica Ester. - Jakarta : EGC, 2004.
No comments:
Post a Comment