Friday, January 15, 2016

PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI


         Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi uri (berhubungan dengan perkemihan). Dalam memenuhi kebutuhan eliminasi sangat diperlukan pengawasan terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti obstipasi, inkontinensia, retensi urine, dan lain-lain. Gangguan tersebut dapat mengganggu pola aktivitas sehari-hari.
        Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat dilakukan, di antaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dengan pispot pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri, melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal, evakuasi feses manual, memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan urinal pada pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri dan pemasangan kateter kondom.

MENGGUNAKAN PISPOT UNTUK DEFEKASI
          Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan eliminasi alvi secara mandiri di kamar kecil, dilakukan dengan menggunakan pispot (penampung).

Tujuan
Memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.

Alat dan bahan
1.        Alas/perlak
2.        Pispot
3.        Air bersih
4.        Tisu
5.        Skrin (sampiran) bila pasien dirawat di bangsal umum
6.        Sarung tangan

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, lalu pasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
2.        Cuci tangan.
3.        Gunakan sarung tangan.
4.        Pasang pengalas di bawah glutea.
5.        Tempatkan pispot di atas pengalas tepat dibawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah anus. Pada saat meletakkan pispot anjurkan pasien untuk mengangkat daerah glutea (bila pasien mampu) untuk memudahkan meletakkan pispot.
6.        Setelah posisi pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien tentang kenyamanan posisi tersebut. Jaga privasi pasien selama prosedur.
7.        Anjurkan pasien untuk defekasi pada tempatnya/pispot yang telah terpasang.
8.        Setelah selesai siram daerah anus dan sekitarnya dengan air sampai bersih dengan bantuan tangan yang bersarung tangan, kemudian keringkan dengan tisu.
9.        Cuci tangan.
10.    Catat tanggal defekasi; karakteristik feses seperti jumlah, konsistensi, warna, bau dan respon pasien selama prosedur.

Gambar 6.1   Jenis pispot. Dari kiri, pispot reguler dan pispot fraktur (Sumber: Potter dan perry, 1997). 

Tugas 
1.        Lakukan menolong defekasi sesuai dengan prosedur.
2.        Perhatikan apa yang perlu selama membantu defekasi.


HUKNAH RENDAH
          Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien yang mengalami obstipasi.

Tujuan
1.        Mengosongkan usus pada pra-pembedahan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB
2.        Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltik usus untuk mengeluarkan feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit).

Alat dan bahan
1.        Pengalas
2.        Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.        Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C)
4.        Bengkok
5.        Jeli
6.        Pispot
7.        Sampiran
8.        Sarung tangan
9.        Tisu

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
4.        Atur posisi pasien dengan posisi sims kiri.
5.        Pasang pengalas di bawah area gluteal.
6.        Siapkan bengkok di dekat pasien.
7.        Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada kanula.
8.        Gunakan sarung tangan.
9.        Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens sambil pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk defekasi.
10.    Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah sekitar anus hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.    Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respons pasien.

Tugas
1.        Lakukan huknah rendah.
2.        Apa yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan huknah rendah.


HUKNAH TINGGI
     Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

Tujuan
       Mengosongkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti buang air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak diagnostik/pembedahan.

Alat dan bahan
1.        Pengalas
2.        Irigator lengkap dengan kanula usus
3.        Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5˚ - 43˚C
4.        Bengkok
5.        Jeli
6.        Pispot
7.        Sampiran
8.        Sarung tangan
9.        Tisu

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2.        cuci tangan.
3.        Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum atau bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu kamar.
4.        Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5.        Pasang pengalas di bawah daerah anus.
6.        Siapakan bengkok dekat pasien.
7.        Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8.        Gunakan sarung tangan.
9.        Masukan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asendens (15-20 cm) sambil pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur dan buka klem sampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin defekasi.
10.    Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi  dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan menyiram daerah perineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11.    Cuci tangan.
12.    Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan.

Tugas
1.        Lakukan huknah tinggi.
2.        Apa yang perlu diperhatikan selama huknah tinggi.



PEMBERIAN GLISERIN PER REKTAL
       Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Tindakan ini dapat dilakukan untuk merangsang peristaltik usus sehingga pasien dapat defekasi (khususnya pada pasien yang mengalami sembelit) dan juga dapat dilakukan untuk persiapan operasi.

Tujuan
1.        Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus.
2.        Mengosongkan usus yang digunakan sebelum tindakan pembedahan.

Alat dan bahan
1.        Spuit gliserin
2.        Gliserin dalam tempatnya
3.        Bengkok
4.        Pengalas
5.        Sampiran
6.        Sarung tangan
7.        Tisu

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur pada pasien.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang sampiran bila pasien dirawat dalam bangsal umum.
4.        Atur posisi pasien (miring ke kiri).
5.        Pasang pengalas di area glutea.
6.        Siapkan bengkok di dekat pasien.
7.        Spuit diisi gliserin 10-20 cc.
8.        Gunakan sarung tangan.
9.        Masukkan gliserin perlahan ke dalam anus dengan cara tangan tangan kiri meregangkan daerah anus, tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan ke depan dan anjurkan pasien bernapas dalam.
10.    Setelah selesai, cabut dan masukkan spuit ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot bila pasien tidak mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerah perineum dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu.
11.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.    Catat jumlah feses, warna, konsistensi, dan respons pasien.


Gambar 6.2   pemberian gliserin per rektal (Sumber: potter dan perry, 1994).
Tugas
1.        Lakukan pemberian gliserin sesuai prosedur.
2.        Jelaskan perbedaan pemberian huknah rendah, huknah tinggi, dan gliserin.

EVAKUASI FESES SECARA MANUAL
       Prosedur ini merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien. Tindakan ini digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah bila massa feses terlalu besar dan pemberian enema tidak berhasil, konstipasi pada lansia.

Tujuan
Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan dengan enema.

Alat dan bahan
1.        Sarung tangan
2.        Minyak pelumas/jeli
3.        Alat penampung atau pispot
4.        Pengalas

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur kerja.
2.        Cuci tangan.
3.        Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur posisi miring dengan lutut fleksi.
4.        Masukan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding rektum ke arah massa feses yang impaksi.
5.        Secara perlahan lunakan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras).
6.        Berikan pispot bila terasa ingin defekasi atau bantu ke toilet.
7.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8.        Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respons pasien terhadap prosedur.

Tugas
1.        Lakukan evakuasi feses secara manual sesuai prosedur.
2.        Apa yang perlu diperhatikan selama evakuasi feses dengan jari.
3.        Jelaskan faktor yang mempengaruhi kelunakan feses.


MENGGUNAKAN URINAL UNTUK BERKEMIH
          Tindakan ini adalah membantu klien yang tidak mampu berkemih secara mandiri di kamar kecil sehingga harus memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggunakan urinal.

Tujuan
Memenuhi kebutuhan eliminasi perkemihan.

Alat dan bahan
1.        Urinal
2.        Pengalas
3.        Tisu

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur pada klien.
2.        Cuci tangan.
3.        Pasang alas urinal di bawah glutea.
4.        Lepas pakaian bawah pasien.
5.        Letakkan urinal di bawah bokong (untuk wanita) atau di antara kedua paha dengan dengan ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk pria).
6.        Anjurkan pasien untuk berkemih.
7.        Setelah selesai, bersihkan dengan tisu kamar mandi.
8.        Rapikan alat.
9.        Cuci tangan, catat prosedur, warna, dan jumlah urine.

Tugas
1.        Lakukan bantuan berkemih dengan urinal sesuai dengan prosedur.
2.        Apa yang harus diperhatikan selama membantu berkemih.


KATETERISASI PERKEMIHAN
Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan slang karet atau plastik melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih. Terdapat dua jenis kateterisasi perkemihan, yaitu menetap dan intermiten.

Tujuan
1.        Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
2.        Mendapatkan urine steril untuk spesimen.
3.        Pengkajian residu urine.
4.        Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar.
5.        Mengatasi obstruksi aliran urine.
6.        Mengatasi retensi perkemihan.

Alat dan bahan
1.        Sarung tangan steril.
2.        Kateter steril (sesuai ukuran dan jenis).
3.        Duk steril.
4.        Minyak pelumas/jeli.
5.        Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat).
6.        Spuit yang berisi cairan atau udara.
7.        Perlak.
8.        Pinset anatomi
9.        Bengkok.
10.    Kantung penampung urine.
11.    Sampiran.

Prosedur kerja
Pemasangan kateter perkemihan pria
1.        Jelaskan prosedur.
2.        Cuci tangan.
3.        Pasang sampiran.
4.        Pasang perlak.
5.        Gunakan sarung tangan steril.
6.        Pasang duk steril.
7.        Tangan kiri memegang penis lalu prepusium ditarik sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat.
8.        Kateter diberi  minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5 cm) lalu masukkan perlahan (kurang lebih 17,5-20 cm) dan sambil anjurkan pasien menarik napas dalam.
9.        Jika tertahan jangan di paksa.
10.     Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien diminta menarik napas dalam.
11.    Sambung kateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas paha/abdomen.
12.    Rapikan alat.
13.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14.    Catat prosedur dan respons pasien.

Gambar 6.3    Kateterisasi pada pasien pria (Sumber: Potter dan perry, 1997).

Gambar 6.3   Lanjutan (Sumber: Potter dan Perry, 1997)

Pemasangan kateter perkemihan wanita
1.        Jelaskan prosedur.
2.        Cuci tangan.
3.        Pasang sampiran.
4.        Pasang perlak.
5.        Gunakan sarung tangan steril.
6.        Pasang duk steril di sekitar  alat genital.
7.        Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dengan arah dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga bersih).
8.        Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan bersihkan bagian dalam.
9.        Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 2,5-5 cm) lalu masukkan perlahan dan minta pasien menarik napas dalam, masukkan (2,5-5 cm) atau hingga urine keluar.
10.    Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya dengan menggunakan spuit untuk kateter menetap dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien menarik napas dalam.
11.    Sambung kateter dengan kantong penampung urine dan fiksasi ke arah samping.
12.    Rapikan alat.
13.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14.    Catat prosedur dan respons pasien.

Tugas
1.        Lakukan kateterisasi perkemihan sesuai dengan prosedur.
2.        Jelaskan indikasi dan kontraindikasi dilakukan kateterisasi.
3.        Apa yang perlu diperhatikan selama pemasangan kateter.
4.        Apa yang dimaksud dengan self-catheterization.


Gambar 6.4   Pemasangan kateter perkemihan pada pasien wanita (Sumber: Potter dan Perry, 1997).






MEMASANG KONDOM KATETER
          Tindakan ini dilakukan dengan memasang kateter kondom pada pasien yang inkontinensia atau pasien koma yang masih mempunyai fungsi pengosongan kandung kemih utuh.
Tujuan
1.        Mempertahankan higiene perineal pasien inkontinensia.
2.        Mempertahankan eliminasi perkemihan.


Alat dan bahan
1.        Sarung tangan
2.        Air sabun
3.        Pengalas
4.        Kateter kondom
5.        Kantong penampung urine
6.        Sampiran

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur.
2.        Cuci tangan.
3.        Pasang sampiran.
4.        Pasang perlak.
5.        Gunakan sarung tangan.
6.        Atur posisi pasien telentang.
7.        Bersihkan daerah genitalia dengan air sabun, bilas dengan air hingga bersih, kemudian keringkan.
8.        Lakukan pemasangan kondom dengan disisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom.
9.        Lekatkan pangkal kateter pada batang penis dengan perekat elastis dan jangan terlalu ketat.
10.    Hubungkan ujung kondom kateter dengan kantung penampung urine.
11.    Rapikan alat
12.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13.    Catat prosedur dan respons pasien.

Tugas
1.        Lakukan pemasangan kateter kondom sesuai prosedur.
2.        Apa yang perlu diperhatikan selama pemasangan kateter kondom.
3.        Jelaskan indikasi dilakukan pemasangan kateter kondom.


Gambar 6.5  Penggunaan kateter kondom (Sumber: Potter dan Perry, 1997).



Download File ------> Klik Disini

No comments:

Post a Comment