Monday, January 11, 2016

PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN










Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah begian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah sistem pernapasan, persarafan, dan kardiovaskular.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan mengalami kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar berfungsi secara normal.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara pengisapan lendir (Suction).

PEMBERIAN OKSIGEN
          Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanul nasal, dan masker oksigen.

Tujuan
1.        Memenuhi kebutuhan oksigen.
2.        Mencegah terjadinya hipoksia.

Alat dan bahan
1.        Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier.
2.        Kateter nasal, kanul nasal, atau masker.
3.        Vaselin/jeli

Prosedur kerja
Kateter nasal
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian, observasi humidifire dengan melihat air bergelembung.
4.        Atur posisi dengan semi-Fowler.
5.        Ukur kateter nasal mulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
6.        Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7.        Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
8.        Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9.        Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belakang uvula).
10.    Fiksasi pada daerah hidung.
11.    Periksa pada kateter nasal setiap 6-8 jam.
12.    Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
13.    Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.
14.    Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.


Gambar 3.1
 Pemberian oksigen melalui kateter nasal (sumber : kathleen hoert belland & mary Ann wells, 1986)

Kanula nasal
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian, observasi humidifire pada tabung dengan adanya gelembung air.
4.        Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
5.        Periksa kanul tiap 6-8 jam.
6.        Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
7.        Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.
8.        Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
 

Gambar 3.1
 Pemberian oksigen melalui kateter nasal (sumber : kathleen hoert belland & mary Ann wells, 1986)

Masker oksigen
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur posisi dengan semi-Fowler.
4.        Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (umumnya 6-10 L/menit). Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
5.        Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
6.        Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
7.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

 

Gambar 3.3 pemberian oksigen dengan masker (sumber : kathleen hoerth belland & mary ann wells, 1986)
Tugas
1.        Lakukan pemberian oksigen sesuai dengan prosedur.
2.        Jelaskan indikasi pemberian oksigen.
3.        Perhatikan apa yang dibutuhkan  selama pemberian oksigen.


FISIOTERAPI DADA
          Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, misalnya penyakit obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma, dan emfisema). Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi. Tindakan drainase postural tidak dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, peningkatan tekanan intrakranial, dispnea berat, dan lansia. Clapping tidak dapat dilakukan pada pasien emboli paru, hemoragi, eksaserbasi, dan nyeri hebat (pasien kanker).

Tujuan
1.        Meningkatkan efisiensi pola pernapasan.
2.        Membersihkan jalan napas.

Alat dan bahan
1.        Pot sputum yang berisi desinfektan
2.        Kertas tisu
3.        Dua balok tempat tidur (untuk drainase postural)
4.        Stetoskop

Prosedur kerja
Drainase postural
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur posisi :
  • Semi-Fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apikal.
  • Tegak dengan sudut 45˚ membungkuk ke depan pada bantal dengan 45˚ ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.
  • Berbaring dengan bantal di bawah apabila yang akan didrainase bronkus anterior.
  • Posisi Trendelenburg dengan sudut 30˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
  •  Posisi Trendelenburg dengan sudut 30˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus superior dan inferior.
  • Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus apikal.
  • Posisi Trendelenburg dengan sudut 45˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm ke samping kanan, apabila yang akan didrainase bronkus medial.
  • Posisi Trendelenburg dengan sudut 45˚ atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm ke samping kiri, apabila yang didrainase bronkus lateral.
  • Posisi Trendelenburg condong dengan sudut 45˚ dengan bantal dibawah panggul, apabila yang akan didrainase bronkus posterior. 
4.        Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian priode selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
5.        Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
6.        Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi dan pengisapan (suction).
7.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Clapping dan vibrasi
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2.        Cuci tangan.
3.        Atur posisi sesuai dengan drainase postural dan lokasi paru.
4.        Lakukan clapping atau vibrasi pada :
§  Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu di-clapping/vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
§  Lebar bahu masing-masing sisi apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
§  Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus anterior.
§  Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
§  Lipatan ketiak kiri sampai mid anterior dada apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior.
§  Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
§  Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial.
§  Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.
§  Sepetiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
5.        Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih 1 menit.
6.       Setelah dilakukan tindakan drainase postural, clapping, dan vibrasi dapat dilakukan tindakan pengisapan lendir (lihat tindakan pengisapan lendir).
7.        Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainase postural, clapping dan vibrasi.
8.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tugas
1.        Lakukan drainase postural, clapping, dan vibrating sesuai dengan prosedur.
2.        Sebutkan indikasi dilakukan fisioterapi dada.
3.        Apa yang perlu diperhatikan selama melakukan fisioterapi dada.
4.        Jelaskan perbedaan clapping, vibrating, dan drainase postural.


PENGISAPAN LENDIR
          Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan alat pengisap.

Tujuan
1.        Membersihkan jalan napas.
2.        Memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Alat dan bahan
1.        Alat pengisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2.        Kateter pengisap lendir steril.
3.        Pinset steril.
4.        Sarung tangan steril.
5.        Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.
6.        Kasa steril.
7.        Kertas tisu.
8.        Stetoskop.

Prosedur kerja
1.        Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2.        Cuci tangan.
3.        Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat.
4.        Gunakan sarung tangan.
5.        Hubungkan kateter pengisap dengan slang alat pengisap.
6.        Mesin pengisap dihidupkan.
7.        Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis).
8.        Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap.
9.        Gunakan alat pengisap dengan tekanan 110-150 mm Hg untuk dewasa, 95-110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50-95 mm Hg untuk bayi (potter & perry, 1995).
10.    Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik.
11.    Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
12.    Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dan berikutnya. Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya.
13.    Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respons pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
14.    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.



Gambar 3.4 Cara menghubungkan suction dengan kateter (Sumber : potter, Peterson, dan perry. Mosby’s : pocket guide series basic skills and procedures, 2003).

Gambar 3.5 Peta masuknya slang pengisap pada pengisapan lendir (Sumber : potter, Peterson, dan perry. Mosby’s: pocket guide series basic skills and procedures, 2003).

Tugas
1.        Lakukan pengisapan lendir (suction) sesuai dengan prosedur.
2.        Sebutkan indikasi pengisapan lendir.
3.        Apa yang perlu diperhatikan selama pengisapan lendir.


Referensi :  Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia / penulis, A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah ; editor, Monica Ester. - Jakarta : EGC, 2004.


Download File ----->  Klik Disini


No comments:

Post a Comment